![]() |
Foto: Shutterstock |
Di Indonesia, Shell sudah mulai menutup seluruh operasional sembilan SPBU yang berada di Medan sejak 1 Juni 2024. Penutupan ini bukan tanpa alasan. Shell ingin memperkuat fokusnya pada pengembangan energi yang lebih ramah lingkungan, terutama pengisian kendaraan listrik, yang diproyeksikan akan tumbuh pesat dalam beberapa tahun ke depan.
Meski menutup SPBU, Shell Indonesia menegaskan mereka tetap beroperasi di sektor hilir energi, dengan fokus pada produksi dan pemasaran pelumas serta bahan bakar rendah karbon. Strategi ini sejalan dengan komitmen global Shell untuk mengurangi jejak karbon dan mendukung transisi energi yang lebih hijau.
Langkah ini tak terlepas dari kebutuhan perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan global yang semakin mendukung energi terbarukan dan teknologi bersih. Shell berencana mengembangkan hingga 200.000 unit Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) pada 2030, sebagai pengganti bisnis SPBU konvensional yang mulai ditinggalkan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, sempat menanggapi kabar penutupan SPBU Shell di Indonesia dengan menyebutnya sebagai “kabar burung,” menegaskan belum ada informasi resmi terkait penutupan secara menyeluruh. Namun, penutupan sejumlah SPBU di Medan sudah menjadi kenyataan dan mencerminkan tren bisnis yang sedang bergeser.
Sementara itu, Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas) menilai keberadaan Shell masih memberikan kontribusi positif di pasar energi Indonesia, meskipun dikuasai mayoritas oleh Pertamina.
Perubahan yang sedang dilakukan Shell menjadi gambaran nyata bagaimana perusahaan energi dunia berusaha menyesuaikan diri dengan tuntutan masa depan yang lebih hijau. Meski ada tantangan dan perubahan, komitmen Shell untuk mendukung energi berkelanjutan di Indonesia tetap kuat, membuka babak baru dalam perjalanan bisnis energi di tanah air.
#Shell #Minyak #BBM #SPBU #Energi