![]() |
Foto: Sekolah Lontara' |
NARRAN.ID, NEWS.ID -- Kelas perdana dalam rangkaian Sekolah Lontara resmi dimulai pada Rabu malam, 18 Juni 2025, dengan menghadirkan pemateri Abdi Mahesa, seorang budayawan muda dari Sulawesi Selatan, sebagai pembuka kajian. Acara ini dimoderatori oleh Syakiman Bur, mahasiswa dari Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA), yang turut membawa suasana diskusi menjadi hangat dan terarah.
Pada pertemuan pertama ini, materi yang diangkat adalah tentang pengantar dasar kebudayaan atau teori-teori awal tentang kebudayaan. Dalam penyampaiannya, Abdi Mahesa menjelaskan bahwa kebudayaan pada dasarnya berangkat dari sebuah gagasan/idelistic view (dikenal sebagai pandangan idealistik), lalu menjelma menjadi bentuk-bentuk nyata seperti perilaku dan benda/materalistic view (dalam pandangan materialistik).
Salah satu poin menarik yang disampaikan adalah bahwa kebudayaan selalu terikat dengan norma dan aturan. Oleh sebab itu, ia menegaskan bahwa praktik seperti korupsi tidak dapat disebut sebagai budaya, melainkan hanya sebagai kebiasaan buruk, karena bertentangan dengan nilai-nilai normatif yang dijunjung tinggi dalam masyarakat. Lebih lanjut, pemateri juga menguraikan bahwa perwujudan kebudayaan secara umum terbagi menjadi tiga unsur penting:
1. Gagasan: sebagai dasar nilai dan ide
2. Tingkah laku: sebagai manifestasi sosial
3. Artefak: sebagai bentuk nyata dalam benda dan karya.
Dalam menjelaskan posisi ilmu budaya, Abdi Mahesa membedakannya dengan ilmu alam. Ia menyampaikan bahwa ilmu budaya berfokus pada perumusan makna, sementara ilmu alam lebih menekankan pada penjelasan terhadap gejala-gejala alamiah. Menjelang akhir materi, beliau menutup dengan sebuah pesan sederhana namun sarat makna: “Semoga pembahasan ini menjadi landasan awal yang baik untuk menjangkau kajian-kajian kebudayaan yang lebih luas ke depannya.”
Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang berlangsung interaktif. Terlihat dari antusiasme peserta yang mencapai lebih dari 150-an peserta dari berbagai kalangan usia di seluruh Indonesia dan beberapa yang di luar negri. Banyak yang menyampaikan pertanyaan serta tanggapan kritis terhadap topik yang dibahas. Ini menandakan bahwa Sekolah Lontara ini memiliki ruang hidup dan semangat untuk terus berlanjut sebagai wadah pembelajaran bersama.
Sebagai penutup, Abdi Mahesa menyampaikan rasa terima kasih atas kesempatan dan kepercayaan yang diberikan untuk membuka kelas pertama ini. Ia berharap diskusi-diskusi selanjutnya dapat terus memperluas cakrawala berpikir serta kecintaan terhadap kebudayaan di kalangan generasi muda.
Kelas kebudayaan ini masih akan berlanjut dalam beberapa sesi ke depan, dengan pembahasan yang lebih mendalam dan tematik. Semoga menjadi ruang tumbuh yang menyenangkan dan mencerahkan bagi siapa pun yang ingin memahami budaya secara lebih utuh dan kontekstual.