![]() |
Foto: ANTARA Foto/Muhammad Adimaja |
Aksi yang diberi nama Aksi Akbar 205 ini merupakan kelanjutan dari unjuk rasa serupa yang digelar pada Februari lalu. Massa ojol terlihat membawa spanduk dan mengenakan atribut komunitas mereka, dengan rute long march dari Gedung Indosat menuju area Patung Kuda. Mereka pun melakukan aksi "off-bid" alias mematikan aplikasi secara massal sebagai bentuk protes simbolik.
Potongan Tinggi, Penghasilan Menyusut
Tuntutan utama yang mereka bawa adalah penurunan potongan pendapatan yang selama ini dikenakan oleh aplikator. Saat ini, potongan tersebut bisa mencapai 50 persen—angka yang dinilai terlalu besar dan merugikan pengemudi.
“Kami minta potongan maksimal hanya 10 persen. Sudah capek di jalan, bensin naik, risiko tinggi, tapi yang masuk kantong malah kecil,” ujar salah satu peserta aksi, Heri, pengemudi ojol dari Tangerang.
Selain itu, para pengemudi juga meminta pemerintah mengevaluasi tarif dasar layanan. Menurut mereka, tarif yang berlaku saat ini tidak sebanding dengan beban kerja dan risiko di lapangan.
Aksi Serentak di Tiga Titik
Tak hanya di Patung Kuda, aksi serupa juga digelar di dua titik lainnya: depan Gedung DPR/MPR RI dan kantor Kementerian Perhubungan. Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi, aparat telah disiagakan di setiap titik untuk menjaga ketertiban selama demonstrasi berlangsung.
“Unjuk rasa ini dilakukan serentak, namun tetap dalam koridor damai,” ujar Ade Ary, dikutip dari Detikcom.
Ultimatum dari Aksi Sebelumnya
Pada aksi Februari lalu yang dikenal sebagai "Aksi Ojol 272", para pengemudi sudah memberikan tenggat waktu kepada pemerintah hingga Mei 2025 untuk merespons tuntutan mereka. Saat itu, mereka menyuarakan tiga poin utama: penurunan potongan, revisi tarif dasar, dan perlindungan hukum bagi mitra ojol.
“Sampai sekarang belum ada respons yang memuaskan. Makanya hari ini kami turun lagi,” kata Ketua Umum Garda Indonesia, Igun Wicaksono, dalam wawancara yang dikutip dari Kompas.com.
Harapan: Regulasi yang Lebih Berpihak
Lewat aksi damai ini, para pengemudi berharap ada itikad baik dari pemerintah maupun perusahaan aplikator untuk duduk bersama menyusun kebijakan yang lebih adil.
“Kami bukan menolak teknologi. Kami hanya minta keadilan. Supaya kami bisa kerja dengan layak, pulang bawa uang yang cukup untuk keluarga,” ujar Sari, pengemudi ojol perempuan yang ikut turun aksi.
Demonstrasi ini menunjukkan bahwa para pekerja di sektor transportasi daring bukan sekadar angka di dashboard aplikasi, melainkan manusia dengan kehidupan yang juga patut dihargai dan dilindungi.
#Demonstrasi #Ojol #IbuKota #Jakarta #Ojek #Platform #Gojek #Grab #Goto #Regulasi #Pajak